Sondag 09 Junie 2013

Cerita ke pulau tunda selanjutnya dari ailtje.wordpress.com. Cerita selengkpanya tentang perjalanannya wisata di pulau tunda ada di bawah ini.
Kumpul di Slipi Jaya jam 9.
Sampai di Pakupatan jam 1130
Nyambung ke Karangantu
naik boat ke pulau tunda jam 2
tiba di home stay jam 4 pagi
Waktu baca itinerary yang ambisius ini saya sempet malas ngikut, apalagi kondisi badan lagi teler. Tapi karena sudah bayar DP, akhirnya berangkat aja. Semuanya #DemiPulauTunda
Perawan di Sarang Penyamun
Dari Slipi, kami naik bis menuju Merak. Rombongan berangkat dalam grup kecil karena ga ada bis kosong. Bayarnya 20k, tapi kalau naik primajasa 17k. Setelah 5 menit berdiri, saya dipersilakan duduk di bagian belakang bis yang wujudnya tampak seperti akuarium di karaoke plus-plus. Ada 11 pria, saya jadi satu-satunya perempuan. Ya sudahlah. Mereka kasih komentar usil masih bisa dicuekin, lagu dangdut dari Hp murahan  masih bisa dicuekin, begitu ada yang ngrokok saya pindah deh ke depan, berdiri lagi.
image
Belum sempat tidur, eh jam 2300 kami sudah tiba di Terminal bis Pakupatan, Serang. Disambut 2 angkot yang siap mengangkut kami.
Bule Pakistan
Sudah ambil posisi di dalam angkot, pak polisi datang, nanya-nanya mau kemana. Ini polisi saking girangnya lihat bule, mobil patroli dengan lampu diskonya diparkir di tengah jalan, abis itu nanya2 dokumen WNA yang ada di rombongan kami. Alesannya: imigran gelap dari Pakistan, padahal itu WNA nggak diragukan lagi kebuleannya. Kulit putih, rambut coklat Pakistan dari mana? Keluarkan identitas, beres!
Syah Bandar
Ga cuma di terminal, di Pelelangan ikan Karang Antu, bule lagi-lagi jadi masalah. Alasannya sekali lagi: imigran gelap asal Pakistan. Entah pegawai kantor Syah bandar ini udah BBMan sama pak polisi, atau emang orang Serang mengasumsikan semua bule aslinya Pakistan.
Tiga puluh menit lebih temen saya urusan sama pegawai sudah bandar, akhirnya nyerah keluarkan kartu  ajaib. Urusan bule selesai, eh kali ini dipermasalahkan urusan ijin berlayar, karena kapal yang kami tumpangi adalah hapal nelayan bukan untuk angkut manusia. Alasannya, takut patroli, nanti dipenjara.
Si nakhoda kami telpon sana sini, akhirnya kapal pun diizinkan berlayar. Masalah selesai. Kami pun boleh berlayar dengan kapal nelayan yang gak ada life jacketnya. Namanya juga kapal ikan….
Kambing, Kambing dan Kambing

Menjelang subuh kami sampai di pulau ini, ga disambut karpet merah tapi disambut hamparan mutiara hitam, kotoran kambing. Rupanya, kambing di sini dilepas untuk gaul bersama kucing, ayan dan bebek. Berebut tulang ikan, sumpah ga bohong, kambing di sini makan ikan.
Beberapa kambing yang terkantuk-kantuk terpaksa menyingkir dari tengah jalan demi memberi ruang pada rombongan kami yang malam itu berbagi tikar dan satu toilet di rumah pink di belakang sekolah. Satu toilet 26 orang, jangan tanya gimana antri nya kalau sakit perut!
image
Kapal nelayan berharga 80juta
Pulau ini berpenduduk kurang lebih 1000 jiwa, semuanya Muslim. Jadi jangan coba2 pakai bikini jalan2. Pakai baju lengkap saja jadi tontonan, maklum tak ada rombongan lain, kami satu-satunya nya rombongan turis di sini. Punya Masjid, ga punya dokter, tapi punya bidan & ruang bersalin. Transportasi publiknya, kapal kuning Tunda Express hanya ada pada hari Sabtu, Senin dan Rabu, ongkosnya 15k/kepala. Di luar hari ini sang kapten bersedia mengantar asal rombongan terdiri dari 70 orang.
Snorkeling
Ga ada wisata lain yang bisa dilakukan di sini, cuma snorkeling. Lumayan bagus, bahkan nggak perlu turun pun bisa terlihat dari atas. Karena cuma ada dua spots, jadi jam dua siang pun kami sudah selesai. Selain snorkeling? tangkap kambing aja deh. Bisa juga jalan ke pantai yang cuma seiprit & kotor! Kalau punya keberanian bisa juga olahraga naik ke atas lighthouse..

Keesokan paginya kami sempat berburu lumba-lumba, tapi malah nemu kapal penambang pasir, yang konon pasirnya untuk Ancol. Nggak ada lumba-lumba ikan terbang pun bisa dianggap lumba-lumba *desperate*.

image
Sayang pas kemarin ke pulau ini kami ga ngajak pak Dahlan Iskan supaya beliau bisa tau bahwa di pulau ini listrik cuma ada di malam hari. Kalau siang mati.
Uniknya, air di pulau ini nggak payau, nimba dulu kalau mandi ya.
image
Perlu dicatat makanan disini cukup sederhana. Sarapan dan makan siang kami ikan, nasi & oseng kulit belinjo. Sementara makan malamnya nasi goreng, mie goreng & ikan bakar.
Berhubung cuma bisa snorkeling & ga ada hiburan lain, pulau ini hanya disarankan untuk eksekutif muda yang gak bisa lepas dari gadget. Alamat bakal fresh kepalanya. Kenapa? Karena tak ada sinyal simpati. Sinyal XL & Indosat hanya muncul di beberapa tempat.
Total Kerusakan

0 opmerkings :

Plaas 'n opmerking